Hallo friends……..
Hari ini seluruh umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya
Galungan, dan sepuluh hari kedepannya
Merayakan Hari Raya Kuningan.
Saya ingin menceritakan sedikit tentang hari raya galungan
ini. Coba simak sedikit sajian artikel ku ini
"GALUNGAN – KUNINGAN dan MAKNA FILOSOFINYA"
Selamat membaca …… Semoga bermanfaat !!!!!
Galungan – Kuningan dan Makna Filosofinya
PENAMPAHAN
Hari Anggara, Wage, Wuku Dungulan, atau 1 hari sebelum
Galungan. Turunnya Sang Bhuta Amangkurat yang menggoda manusia lebih-lebih kuat
lagi untuk berbuat adharma. Amangkurat dalam Bahasa Kawi artinya berkuasa.
Bhuta Amangkurat adalah sifat manusia yang ingin berkuasa.
Manusia agar menuntaskan melawan godaan ini dengan memuja
Bhatara Siwa serta mengalahkan kekuatan Sang Bhuta Tiga (Bhuta Galungan, Bhuta
Dungulan, dan Bhuta Amangkurat).
Secara simbolis memotong babi “nampah celeng” artinya
“nampa” atau bersiap menerima kedatangan Sanghyang Dharma. Babi dikenal sebagai
simbol tamas (malas) sehingga membunuh babi juga dapat diartikan sebagai
menghilangkan sifat-sifat malas manusia.
Sore hari ditancapkanlah penjor lengkap dengan sarana banten
pejati yang mengandung simbol “nyujatiang kayun” dan memuja Hyang Maha Meru
(bentuk bambu yang melengkung) atas anugerah-Nya berupa kekuatan dharma yang
dituangkan dalam Catur Weda di mana masing-masing Weda disimbolkan dalam hiasan
penjor sebagai berikut:
- lamak
simbol Reg Weda,
- bakang-bakang
simbol Atarwa Weda,
- tamiang
simbol Sama Weda, dan
- sampian
simbol Yayur Weda.
Di samping itu penjor juga simbol ucapan terima kasih ke
hadapan Hyang Widhi karena sudah dianugerahi kecukupan sandang pangan yang
disimbolkan dengan menggantungkan beraneka buah-buahan, umbi-umbian, jajan, dan
kain putih kuning.
Pada sandyakala segenap keluarga mabeakala, yaitu upacara
pensucian diri untuk menyambut hari raya Galungan.
GALUNGAN
Hari Buda, Kliwon, Wuku Dungulan, merupakan perayaan kemenangan manusia melawan bentuk-bentuk adharma terutama yang ada pada dirinya sendiri. Bhatara-Bhatari turun dari Kahyangan memberkati umat manusia. Persembahyangan di Pura, Sanggah Pamerajan bertujuan mengucapkan terima kasih kepada Hyang Widhi atas anugrah-Nya itu.
GALUNGAN
Hari Buda, Kliwon, Wuku Dungulan, merupakan perayaan kemenangan manusia melawan bentuk-bentuk adharma terutama yang ada pada dirinya sendiri. Bhatara-Bhatari turun dari Kahyangan memberkati umat manusia. Persembahyangan di Pura, Sanggah Pamerajan bertujuan mengucapkan terima kasih kepada Hyang Widhi atas anugrah-Nya itu.
Hari Wraspati, Umanis, Wuku Dungulan, 1 hari setelah
Galungan, melaksanakan Dharma Santi berupa kunjungan ke keluarga dan kerabat
untuk mengucapkan syukur atas kemenangan dharma dan mohon maaf atas
kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Malam harinya mulai melakukan persembahyangan memuja Dewata
Nawa Sangga, mohon agar kemenangan dharma dapat dipertahankan pada diri kita
seterusnya.
Pemujaan di malam hari selama sembilan malam sejak hari Manis
Galungan sampai hari Penampahan Kuningan disebut sebagai persembahyangan Nawa
Ratri (nawa = sembilan, ratri = malam) dimulai berturut-turut memuja
Bhatara-Bhatara: Iswara, Mahesora, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, Wisnu,
Sambu, dan Tri Purusa (Siwa-Sada Siwa-Parama Siwa).
PENAMPAHAN KUNINGAN
Hari Sukra, Wage, Wuku Kuningan, 9 hari setelah Galungan.
Manusia bersiap nampa (menyongsong) hari raya Kuningan. Malam harinya
persembahyangan terakhir dalam urutan Dewata Nawa Sanga, yaitu pemujaan kepada Sanghyang
Tri Purusha (Sisa, Sada Siwa, Parama Siwa).
KUNINGAN
Hari Saniscara, Kliwon, Wuku Kuningan, 10 hari setelah
Galungan. Para Bhatara-Bhatari turun dari Kahyangan sampai tengah hari.
Manusia mengucapkan terima kasih kepada Hyang Widhi atas
wara nugrahanya berupa kekuatan dharma serta mohon agar kita senantiasa
dihindarkan dari perbuatan-perbuatan adharma.
Secara simbolis membuat sesajen dengan nasi kuning sebagai
pemberitahuan (nguningang) kepada para preti sentana agar mereka mengikuti
jejak leluhurnya merayakan rangkaian hari raya Galungan – Kuningan.
Selain itu menggantungkan “tamiang” di Palinggih-palinggih
sebagai tameng atau perisai terhadap serangan kekuatan adharma.
Friends, itulah sedikit cerita yang bisa aku sajikan buat
kalian semua……..
“ HAPPY GALUNGAN AND KUNINGAN DAY “ Let’s celebrate the winning of dharma againts
adharma.Hope Hyang Widhi always be with us.
Cheeeers..!^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar